MIVO TV

Minggu, 15 Juli 2012

Makam Keramat di Jakarta


Seperti kita ketahui Jakarta merupakan kota dagang dengan pelabuhan yang ramai,apalagi dizaman Belanda. pelabuhan sunda kelapa yang terkenal terlebh dahulu sangat ramai dikunjungi pedagang dari seantro dunia, barulah Dbuat Pelabuhan Tanjung priok untuk mengantisipasi membludaknya keramaian di pelabuhan.
Namun siapa sangka dibalik itu semua tersimpan satu hal yang membanggakan, Ternyata banyak makam para ulama yang berdakwah menyebarkan agama ISlam di pesisir jakarta bahkan dikeramatkan karena banyaknya keajaiban-keajaiban yang terjadi di sekitar makam. seperti: Makam Kramat Tg Priok,Kramat Kampung Bandan,Kramat Luar Batang, Nah untuk agan2 semua, saia cuma bisa ceritakan 3 makam keramat itu, baca baik-baik kisahnya.
a. MAKAM KERAMAT TANJUNG PRIOK
Siapa sangka ternyata asal muasal nama tanjung priok ini berasal dari penghuni makam ini yaitu Al Imam Arif Billah habib Hasan bin Muhammad Al haddad. BEliau adalah seorang ulama sekaligus waliyullah ,Jadi ceritanya begini suatu hari seperti biasa Habib hasan ini berdakwah ke sluruh pelosok2 sampai tempat terpencil dengan sebuah perahu kecil degan dayung2 bersama teman2nya.
Singkat cerita suatu hari tentara Belanda melakukan penyerangan d laut,Hb Hasan terpaksa tidak makan sampai 10 hari hingga akhirnya ia menutup periok(tempat Menaruh nasi)dengan jubahnya, dan subhanallah Ajaib tiba ketika jubahnya dibuka keluarlah nasi dari periok tsb dan beliau makan bersama teman2nya.
Namun ketika masih dalam pelayaran habib diserang oleh ombak besar,
temanya selamat dan tidak sempat menyelamatkan sang ulama. Namun lagi keajaiban terjadi ikan lumba2 mengerumuni jasad beliau dan membawanya ke daratan. Masyarakat sekitar kaget dan takjub akan peristiwa itu.Masyarakat pun sgera mengebumikan beliau, di makam bliau pada saat itu,di posisi kepala beliau ditancapkan dayung yg dipakai beliau mendayung perahu karena dibangun pondok di makam itu maka daerah itu dinamakan pondok dayung,(cek)sedangkan di posisi kaki beliau ada pohon tanjung yang tumbuh,sedangkan di samping makam beliau ditaruh periok, yang setiap hari/taun posisinya bergeser hingga ke lautan, sampai2 ada orang yang melihat periok sebesar rumah muncul dari lautan, maka dari itu daerah itu dinamakan TANJUNG PRIOK(CEK UNTUK MEMBUKTIKAN)
KEKERAMATAN MAKAM INI
Karena letaknya yang strategis dekat dengan pelabuhan(bahkan lokasinya di Terminal Peti Kemas Koja)maka membuat orang2 yang maruk dengan harta ngiler ingin menggarap tanah ini, bahkan rencana busuk ini sudah dimulai ketika zaman belanda,konon kisahnya ketika pemerintah kolonial ingin membongkar makam ini tiba terdengar ledakan keras dan sinar laser dari dalam makam, sehingga kolonial urung membongkarnya, Ternyata Hal itu terjadi lagi di zaman Soeharto,tommy Soeharto yang dulu menguasai daerah pelabuhan bilang agar kawasan makam jangan diusik, namun rupanya anak buahnya ada yang membandel,maka dibuatlah rencana2,bahkan sang ahli waris diteror,dintimidasi dlll, namun ketika beko (buldoser) sudah mau menancapkan taringnya ke makam beko pun meledak dan opratornya pun tewas seketika, kejadian ini terulang lagi sampai enam kali. Maka dari itu sekarang ini tidak ada lagi yang berani mengusik makam keramat ini.Namun tetap saja ada yang mau merebut tanah ini seperti pihak PELINDO,tetapi para Ulama seluruh Indonesia bahkan mancanegara akan melindunginya karena habib berwasiat jika makam saya dibingkar sampai 3 kali maka bukan tg priok saja yang bakal tenggelam, Jakarta pun akan tenggelam.
DIKUNJUNGI SELURUH UMAT
di makam ini ternyata bukan cuma muslim saja tetapi banyak dari umat lain yang mengunjungi misalnya saja saudara kita etnis tionghoa banyak yang berkunjung kesini, karena dikisahkan ada murid habib hasan yang berdarah tionghoa. tak hran kalau kita kesana kita akan menemukan dupa2 seperti di klenteng2, Bagi agan2 yang ingin bersilaturahmi./ berziarah hendaknya brpakaian yang sopan dan muslim/ah serta menjaga etika di dalam areal makam.
b. MAKAM KRAMAT KAMPUNG BANDAN
Masjid Kramat Kampung Bandan, Menggeser Jalan Tol
By tantijohana
MASJID Al Mukaromah di Kampung Bandan yang terletak di tepi Jalan Lodan Raya, Kelurahan Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, dianggap sebagai masjid keramat yang menyimpan jejak sejarah penyebaran Islam di Jakarta. Di kompleks masjid ini terdapat tiga makam yang dikeramatkan, yaitu makam Habib Mohammad bin Umar Al-Qudsi (wafat pada 23 Muharram 1118 H), Habib Ali bin Abdurrahman Ba’ Alwi (wafat 15 Ramadhan 1122 H), dan Habib Abdurahman bin Alwi Asy-Syathri (wafat 18 Muharam 1326 H), pendiri masjid itu.
Masjid Kampung Bandan yang tampak sederhana itu, masih menyimpan peninggalan masa lampau. Walaupun sudah banyak bagian masjid ini yang dipugar, namun suasana abad ke -18 masih terasa, terutama dari bagian-bagian bangunan yang masih ada dari masjid tersebut. Di antaranya adalah sejumlah tiang masjid itu yang masih asli berwarna hijau, agak kontras dengan warna dinding masjid yang putih. Barangkali inilah ciri khas masjid yang sudah berusia kurang lebih 300 tahun itu.
Di sekeliling area masjid terdapat banyak pepohonan, sehingga lingkungan masjid yang berdiri di lahan seluas sekitar 700 meter persegi itu terasa sejuk. Sayang, masjid ini tidak memiliki lahan parkir yang luas, sehingga jemaah masjid itu harus parkir di tepi Jalan Lodan.
Masjid Kampung Bandan didirikan oleh Habib Abdurrahman Bin Alwi Asy-Syathri pada tahun 1789. Menurut pengurus masjid, Habib Alwi Bin Ali Asy-Syathri, yang merupakan keturunan keempat Habib Abdurrahman Bin Alwi Asy-Syathri, berdasarkan cerita turun temurun, Habib Abdurrahman mendapatkan karomah atau pencerahan dari Allah untuk merawat dua makam wali penyebar agama Islam di Jawa yang berada di daerah tersebut.
Kedua makam tersebut diyakini sebagai makam Habib Mohammad Bin Umar Al Qudsi dan makam Habib Ali Bin Abdurrahman Ba’Alwi yang merupakan salah satu khalifah penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Habib Abdurrahman membuat sebuah tempat persinggahan untuk berteduh dan sembahyang bagi para peziarah di samping makam tersebut. Namun karena semakin banyak para peziarah yang datang ke kuburan kedua wali tersebut, akhirnya Habib Abdurrahman mendirikan sebuah surau. “Ketika dibangun surau, di daerah sini masih berupa rawa dan setengah hutan, karena letaknya sudah berada di pesisir pantai,” ujar Habib Alwi.
Setelah Habib Abdurrahman Bin Alwi Asy-Syathri wafat, kepengurusan surau tersebut diserahkan kepada anaknya, Habib Alwi Asy-Sathri. Jenazah Habib Abdurrahman dikuburkan di samping kedua makam yang berada di kompleks surau tersebut.
Pada tahun 1947, surau tersebut diubah oleh Habib Alwi Asy Syathri menjadi bangunan masjid dengan 12 tiang penopang. Karena di Kampung Bandan saat itu belum ada tempat ibadah untuk masyarakat.
Pada saat itu pula nama masjid yang sudah dikenal dengan sebutan Masjid K(e)ramat Kampung Bandan bernama resmi Masjid Jami Al Mukaromah. Tapi hingga saat ini masyarakat dan para peziarah lebih mengenal masjid ini dengan nama Masjid Kramat Kampung Bandan.
Pada tahun 1972, Dinas Museum Purbakala Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memasukkan Masjid Kramat Kampung Bandan menjadi salah satu cagar budaya yang bangunannya harus dilindungi. Dan sejak saat itu, masjid tersebut setiap satu dasawarsa dipugar agar tetap terjaga kelestariannya.
Seiring dengan semakin dikenal dan banyaknya pengunjung Masjid Kramat Kampung Bandan, pengurus masjid itu menambah ruangan masjid utama tersebut. Penambahan semula dilakukan ke bagian depan masjid, lalu ke sisi kiri dan kanan dan terakhir penambahan di bagian belakang masjid.
Menurut Habib Alwi Bin Ali Asy-Sathri, saat ini masjid utama sudah dikelilingi oleh bangunan tambahan masjid yang bisa menampung jemaah kurang lebih 700 orang. “Masjid ini sudah tiga kali dipugar, yang pertama pada tahun 1979-1980, yang kedua pada tahun 1989-1990, dan yang terakhir pada tahun 2000-2001, sementara dananya berasal dari pemerintah,” ujarnya. Namun, kata Habib Alwi, pemerintah hanya memberikan dana untuk renovasi sepuluh tahun sekali, sedangkan untuk dana pemeliharaan rutin, pengurus masjid mendapatkannya dari infak shalat Jumat dan para peziarah.
Menyinggung soal sempitnya lahan parkir untuk kendaraan para peziarah, Habib Alwi mengakui sebagai salah satu kendala di saat masjid banyak dikunjungi peziarah. Sebelumnya, lahan warisan milik Habib Abdurrahman itu kurang lebih seluas dua hektar. Tetapi karena tidak terpantau oleh pengurus terdahulu, sebagian lahan itu dimanfaatkan oleh masyarakat pendatang dijadikan rumah tinggal. “Tanah warisan milik Habib Abdurrahman sejak tahun 1970-an sudah banyak digarap warga pendatang, dan hingga saat ini yang tertinggal hanya sekitar 30 persennya saja,” ujarnya. Untuk mencegah semakin sempitnya area masjid tersebut, Kata Alwi, dirinya pada tahun 1998 mengusulkan kepada Dinas Permuseuman DKI Jakarta agar membangun tembok pembatas di sekeliling area masjid, sementara realisasi pemagaran baru dilakukan pada tahun 2000.
Kata habib Alwi, pihak pengelola juga berencana menjadikan area masjid tersebut sebagai Pusat Kegiatan Islam (Islamic Centre). Kini telah dimulai dengan dibangunnya sebuah lembaga pendidikan Islam di sisi utara masjid tersebut. Rencana pembanguan Islamic Centre tersebut sudah direncanakan sejak tahun 1993. Saat ini di area masjid tersebut terdapat sebuah Taman Kanak-kanak dan Taman Pendidikan Al Quran dengan 50 siswa. “Sebagian siswa yang sekolah di sini adalah yatim. Kita memberlakukan subsidi silang agar warga yang tidak mampu juga bisa belajar di sekolah ini,” ujar Habib Alwi.
Lebih lanjut, kata Habib Alwi, Masjid Al Mukaromah biasanya akan ramai didatangi para peziarah pada bulan-bulan tertentu semisal bulan Maulid dan bulan Sya’ban, menjelang bulan puasa. Sementara peziarah yang datang berasal dari berbagai tempat di Indonesia semisal Jabodetabek, Jawa Timur, Madura, Kalimantan Selatan, dan lain-lain. “Tapi memang jumlah peziarah akan membeludak pada bulan Sya’ban, menjelang bulan puasa, sedangkan pada bulan puasa, masjid ini sepi dari para peziarah, tapi banyak dikunjungi oleh warga sekitar untuk melakukan shalat tarawih,” tuturnya.
Kata Habib Alwi, sebagian peziarah mengaku terlebih dahulu mendapat mimpi. “Banyak peziarah yang bilang ke saya sebelum datang ke masjid ini, mereka terlebih dahulu mendapat mimpi agar datang ke sini. Dalam mimpi tersebut juga digambarkan secara detail bagaimana bentuk masjid serta ciri-cirinya,” ujarnya.
Kata Alwi, sebagian peziarah yang datang kebanyakan melakukan zikir dan ibadah di masjid tersebut. Selain itu ada juga peziarah yang mengharapkan mendapatkan benda-benda setelah berziarah ke masjid tersebut. “Keperluan peziarah yang datang ke sini memang macam-macam. Biasanya apa yang dicari oleh para peziarah, mereka dapatkan, semisal meginginkan batu atau angkin,” ujarnya. Menurut Habib Alwi, keberadaan masjid keramat itu ternyata memberikan rezeki bagi warga sekitarnya. Karena banyaknya para peziarah yang datang, warga bisa kecipratan rezeki dari berdagang berbagai cenderamata, minyak wangi, menjadi tukang parkir atau menjaga alas kaki para peziarah.
Masjid ini juga memiliki cerita aneh di kalangan masyarakat. Hal itu terjadi pada tahun 1994, ketika dilakukan pembangunan jalan tol layang. Menurut Habib Alwi, pada saat itu, rencananya sebagian halaman masjid akan digusur untuk jalan layang tersebut. Dan jika terlaksana, letak masjid tersebut nantinya akan berada di bawah jalan layang. Namun, pada saat pembangunan tiang penyangga jalan tersebut patah dan ambruk. Pembangunan akhirnya dilakukan dengan cara manual, tapi tetap saja tiang penyangga tidak bisa berdiri kokoh.
Keajaiban lain juga terjadi, pada saat itu, para pekerja terus mengejar pengerjaan jalan tol yang dirasakan sudah terlambat tersebut dengan tetap bekerja pada hari Jumat, tanpa menghiraukan imbauan pengurus masjid untuk tidak melakukan aktivitas pembangunan pada hari tersebut. Akhirnya, semua beton dan tiang penyangga yang sedang dikerjakan hancur dan menewaskan banyak pekerjanya. “Menurut pimpro pembangunan jalan tol ini, mereka tidak melihat ada masjid ini pada saat melakukan penelitian dan pemotretan dari udara. Baru setelah kejadian ambruknya tiang penyangga yang menewaskan beberapa pekerja, pimpro tersebut datang ke masjid. Mereka baru mengetahui kalau masjid ini keramat dan akhirnya sepakat untuk menggeser area jalan tol ke sebelah selatan,” ujar Habib Alwi sambil mengenang keajaiban terbesar yang dapat disaksikan banyak orang pada saat itu.(mur)
pada saat itu.(mur)
Sumber: Harian Kompas, Senin, 03 November 2003.
c. Makam Kramat Luar batang
Ketika saya kecil hingga beranjak dewasa kampung saya selalu ramai di kunjungi oleh para peziarah baik itu dari dari jakarta dan sekitarnya maupun dari luar kota terutama pada malam jum’at.Kampung Luar batang itulah tempat kelahiran saya yang terletak di daerah padat penduduk di jakarta utara.Tepat disamping rumah saya terdapat Maqom seorang waliyulloh yang terkenal dengan karomahnya.Beliau adalah Habib husein bin abi bakar al idrus lahir di Migrab, dekat Hazam, Hadramaut, Datang di Betawi sekitar tahun 1746 M. Berdasarkan cerita, bahwa beliau wafat di Luar Batang, Betawi tanggal 24 Juni 1756 M. bertepatan dengan 17 Ramadhan 1169 Hijriyah. . Silsilah beliau : Habib Husein bin Abubakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Husein bin Abdullah bin Abubakar Al-Sakran bin Abdurrahman Assaqqaf bin Muhammad Maula Al-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath.
Habib Husein yang lebih terkenal dengan sebutan Habib Keramat Luar Batang,menurut Habib Musthofa Alidrus yang selalu membacakan Manaqib Habib husein Alidrus pada acara haul diwaktu Habib Husein masih hidup beliau pernah berkata kepada seorang opsir belanda “nanti suatu saat kamu akan menjadi orang besar”, opsir tsb tdk mengindahkan kata2 Habib, hingga dia pulang ke negaranya lalu dipanggil lagi ke indonesia dengan jabatan tinggi, dia teringat akan kata2 Habib dan mau memberikan hadiah, lalu ditawarkan berbagai hadiah spt uang,emas dll tapi Habib tidak mau, akhirnya disepakati Habib mau menerima hadiah berupa kepemilikan daerah sekeliling yg sekarang lokasinya di makamnya itu, dulunya daerah itu adalah tempat yg kalau laut pasang terendam air, setelah dikabulkan maka di pasang patok2 kayu menandakan batas wilayah yang Habib inginkan, nah dari situ muncul kata2 “luar batang” karena dari laut tersebut keluar batang2 kayu pembatas .
Habib Husein tiba di Luar Batang, daerah Pasar Ikan, Jakarta, yang merupakan benteng pertahanan Belanda di Jakarta. Kapal layar yang ditumpangi Habib Husein terdampat didaerah ini, padahal daerah ini tidak boleh dikunjungi orang, maka Habib Husein dan rombongan diusir dengan digiring keluar dari teluk Jakarta. Tidak beberapa lama kemudian Habib Husein dengan sebuah sekoci terapung-apung dan terdampar kembali di daerah yang dilarang oleh Belanda. Kemudian seorang Betawi membawa Habib Husein dengan menyembunyikannya. Orang Betawi ini pun berguru kepada Habib Husein. Habib Husein membangun Masjid Luar Batang yang masih berdiri hingga sekarang. Orang Betawi ini bernama Haji Abdul Kadir. Makamnya di samping makam Habib Husein yang terletak di samping Masjid Luar Batang.
Habib Husein sering tidak patuh pada Belanda. Sekali Waktu beliau tidak mematuhi larangannya, kemudian ditangkap Belanda dan di penjara di Glodok. Di Tahanan ini Habib Husein kalau siang dia ada di sel, tetapi kalau malam menghilang entah kemana. Sehingga penjaga tahanan (sipir penjara) menjadi takut oleh kejadian ini. Kemudian Habib Husein disuruh pulang, tetapi beliau tidak menghiraukan alias tidak mau pulang, maka Habib Husein dibiarkan saja. Suatu Waktu beliau sendiri yang mau pergi dari penjara.
MAQOM AL HABIB HUSEIN BIN ABI BAKAR ALIDRUS
makam-luar-batang.jpg
Dulu pernah ada cerita pada waktu itu ada seseorang warga pergi kepasar dan dia membeli daging mentah, begitu akan pulang kerumah beliau mendengar kabar bahwa Habib husein bin abi bakar al idrus berpulang kerahmatulloh, maka bergegas dia pergi kemasjid untuk ikut bersama-sama sholat jenazah .Setelah selesai sholat jenazah dan ikut menguburkan dia kembali kerumah dan menyuruh sang istri untuk segera memasak daging tersebut.Namun hingga beberapa lamanya sang istri memasak daging itu tidak matang-matang.,dan masih keliatan seperti daging segar, ditengah keanehan yang terjadi sang istripun mengeluh kepada suaminya; “bang ko daging yang saya masak tidak mateng-mateng ? padahal sudah hampir setengah hari saya memasak daging itu, tapi daging itu tetap segar !. Sang suamipun juga diliputi keanehan tersebut !.Setelah beberapa lama dia berpikir akhirnya dia ingat sesuatu, sewaktu dia mengikuti majlis taklim yang diadakan oleh Habib husein bin abi bakar al idrus , beliau pernah berceramah bahwa barang siapa yang mensholati aku sewaktu aku meninggal dunia nanti, maka dia dia tidak akan bisa tersentuh oleh api neraka. Akhirnya dia mengambil pelajaran yang sangat berharga dari peristiwa keanehan tersebut, dia berdoa kepada Alloh Ya Alloh mudah-mudahan aku terlindungi dari jilatan api nereka karena memuliakan Kekasih-Mu.
MAQOM HABIB HUSEIN LUAR BATANG
Karomah yang masih tampak hingga saat inilah adalah bahwa maqom beliau selama 24 jam tidak pernah sepi dari para peziarah yang selalu membaca alquran atau sekedar berzikir.
Hingga saat ini maqam Habib husein selalu ramai di kunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah di tanah air maupun dari mancanegara.Terutama pada malam jum’at kliwon atau perayaan tertentu seperti maulid nabi Muhammad SAW yang selalu diadakan setiap akhir minggu di bulan robiul awal dan Haul Habib husein yang diadakan setiap akhir minggu di bulan syawal.

Sabtu, 14 Juli 2012

Wisata Religi

Wisata Religi Bogor : Karomah Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri

Potret Muda Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri
Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri dimakamkan di TPU Lolongok, di Jalan Lolongok, Bogor, Jawa Barat. Berjarak 200 Meter dari makam guru Beliau, Habib Abdullah bin Muhsin Al-Aththas (Habib Empang Bogor). Makam beliau sangat asri dan nyaman untuk membaca doa karena terdapat alas karpet. "Banyak peziarah yang datang kesini", ujar seorang Ibu tua yang menjadi penjaga makam. 

Wali Allah yang mengajar tanpa kenal lelah, sederhana, ikhlas, selalu mementingkan kesederhanaan dan disiplin. Kedisiplinan Beliau tidak hanya dalam hal mengajar, tapi juga dalam soal makan. “Walid tidak akan pernah makan sebelum waktunya. Dimanapun ia selalu makan tepat waktu.” tutur Habib Ali bin Abdurrahman, putra Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri. Mengenai keikhlasan dan kedermawanannya, beliau selalu siap menolong siapa saja yang membutuhkan bantuannya.

Ketika masih menjadi pelajar, Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri mejadi murid kebanggaan dan disayang oleh para guru. Beliaulah satu-satunya murid yang sangat menguasai tata bahasa Arab dan acuan bagi murid lain. Tata bahasa Arab adalah ilmu yang digunakan untuk memahami kitab-kitab klasik yang lazim disebut “kitab kuning”. Setelah menginjak usia dewasa, Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri dipercaya sebagai guru di madrasahnya. Disinilah bakat dan keinginannya untuk mengajar semakin menyala. Beliau menghabiskan waktunya untuk mengajar dan tidak hanya piawai dalam ilmu-ilmu agama, tapi juga melatih bidang-bidang yang lain, seperti melatih kelompok musik ( dari seruling sampai terompet ), drum band, bahkan juga baris-berbaris. 



Peristirahatan Terakhir Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri 
Salah satu kisah mengenai karomah Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri adalah ketika beliau membuka Majlis Taklim Al-Buyro di Parung Banteng Bogor sekitar tahun 1990. Sebelumnya sangat sulit mencari sumber air bersih di Parung Banteng Bogor. Ketika membuka majlis Taklim itulah, Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri bermunajat kepada Allah swt selama 40 hari 40 malam, mohon petunjuk lokasi sumber air. Pada hari ke 41, sumber belum juga ditemukan. Maka Beliau meneruskan munajatnya. Tak lama kemudian, entah darimana, datanglah seorang lelaki membawa cangkul. Dan serta merta ia mencangkul tanah dekat rumah Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri. Setelah mencangkul, ia berlalu dan tanah bekas cangkulan itu ditinggal, dibiarkan begitu saja. Dan, subhanallah, sebentar kemudian dari tanah bekas cangkulan itu merembeslah air. Sampai kini sumber air bersih itu dimanfaatkan oleh warga Parung Banteng, terutama untuk keperluan Majelis Taklim Al-Busyro. 




Pintu Masuk TPU Lolongok
Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri mempunyai putra dan putri 22 orang; diantaranya Habib Muhammad, pemimpin pesantren di kawasan Ceger; Habib Ali, memimpin Majelis Taklim Al-Affaf di wilayah Tebet; Habib Alwi, memimpin Majlis Taklim Zaadul Muslim di Bukit Duri; Habib Umar, memimpin pesantren dan Majlis Taklim Al-Kifahi Ats-Tsaqafi di Bukit Duri dan Habib Abu Bakar, memimpin pesantren Al-Busyro di Citayam. Hal ini sesuai dengan pesan Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri yang menekankan bahwa dirinya tidak mau meninggalkan harta sebagai warisan untuk anak-anaknya. Beliau hanya mendorong anak-anaknya agar mencintai ilmu dan mencintai dunia pendidikan. Beliau ingin kami konsisten mengajar, karenanya beliau melarang anaknya melibatkan diri dengan urusan politik maupun masalah keduniaan, seperti dagang, membuka biro haji dan sebagainya.

Ziarah Wali Allah Bogor : Karya Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri

Pintu Masuk Makam Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf
Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf dikenal dengan sebutan Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri. Seorang wali Allah yang yang berpulang ke Rahmatullah Selasa, 26 Maret 2007 di usia ke 99. Wali Allah, Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri dimakamkan di TPU Lolongok, yang berjarak 200 meter, atau perkiraan 5 menit berjalan kaki dari Mesjid Empang, Bogor. 

Berkisah tentang Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri ketika menjadi pelajar, beliau adalah pelajar yang mau bekerja keras, berprestasi cemerlang dan berakhlak yang menjadi teladan teman - temannya. Lahir di Cimanggu, Bogor, tahun 1908, putra dari Habib Ahmad bin Abdul Qadir Assegaf telah menjadi yatim sejak kecil. Dengan semangat Beliau untuk menuntut ilmu kepada seorang ulama, beliau tak segan-segan melakukannya dengan bersusah payah menempuh perjalanan puluhan kilometer untuk belajar ke Habib Abdullah bin Muhsin Al-Aththas (Habib Empang Bogor) dari sekolahnya di Jamiat Al-Khair, Jakarta.


Nisan Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf
Habib Alwi bin Thohir Al-Haddad (Mufti Johor, Malaysia), Habib Alwi bin Muhammad bin Thohir AlHaddad, Habib Ali bin Husein Al-Aththas (Bungur, Jakarta), Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang, Jakarta), K.H.Mahmud (Ulama besar Betawi) dan Prof.Abdullah bin Nuh (Bogor) adalah guru - guru dari Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri. Di usia ke 20, Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf pindah ke Bukit Duri. Beliau mendirikan madrasah sendiri, Madrasah Tsaqafah Islamiyyah, yang hingga sekarang masih berdiri tegak di Bukit Duri, Jakarta. Keunikan dari madrasah Tsaqafah Islamiyah adalah penerapkan kurikulum sendiri dan menggunakan buku-buku terbitan sendiri yang disusun oleh sang pendiri, Habib Abdurrahman Assegaf. 


Foto Diri Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri
Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri dikenal sebagai ulama sepuh yang sangat alim,sangat disegani dan berpengaruh. Kegigihan Beliau dalam mengajarkan ilmu Allah dan produktivitasnya dalam mengarang kitab, merupakan teladan yang harus diikuti. Kitab-kitab buah karyanya tidak sebatas satu macam ilmu agama, melainkan juga mencakup berbagai macam ilmu. Mulai dari Tauhid, Tafsir, Akhlaq, Fiqih, hingga sastra. Bukan hanya dalam bahasa Arab, tapi juga dalam bahasa Melayu danSunda yang ditulis dengan huruf Arab- dikenal sebagai huruf Jawi atau pegon. Kitab karya Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri, antara lain adalah 1) Hilyatul Janan fi Hadyil Qur’an 2) Syafinatus Said 3) Misbahuz Zaman 4) Bunyatul Umahat 5) Buah Delima. 

Pada tahun 1960-an, Habib Abdurrahman mengalami kebutaan selama lima tahun. Namun musibah itu tak menyurutkan semangatnya dalam menegakkkan syiar islam. Pada masa-masa itulah beliau menciptakan rangkaian syair indah memuji kebesaran Allah swt dalam sebuah Tawasul, yang kemudian disebut Tawasul Al-Walid Al-Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf.

Wisata Hati dan Jiwa di Bogor, Jawa Barat : Video Ziarah Wali Allah di Komplek Makam Habib Abdullah bin Mukhsin al Atthas

Alhamdulillah, Alhamdulillah ala kulli nikmatin kanat auhia kainah. Video kedua mengenai ziarah wali nusantara telah berhasil dibuat dan terupload. Semua ini berkat suamiku, Muhammad Faisal (semoga Allah memanjangkan umur dan memberikan ridho untuknya) saat kunjungan terakhir kami ke makam Habib Abdullah bin Mukhsin al Athas, Empang Bogor, selasa 7 Februari 2012 bersama anakku Ali Putra Kaabah (di video akan terlihat ia memakai baju biru).


Haru terasa bagi kami karena wisata ziarah hati dan jiwa pertama kami adalah kepada beliau, Habib Abdullah bin Mukhsin al Athas, 6 tahun yang lalu. Awal perjalanan kami ziarah yang membawa kami berziarah ke wali -  wali lain di pulau lain. Semoga kita semua mendapat kesempatan berziarah ke makam Habib Abdullah bin Mukhsin al Athas.

Tiga nasihat dari Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas, Empang Bogor

Buku yang menceritakan kisah perjalanan Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas
This book tell us about Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas's life story

Tiga nasihat dari Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas, Empang Bogor ini saya dapatkan ketika membacanya di buku 17 Habaib yang paling berpengaruh di Indonesia karya Abdul Qadir Umar Mauladdawilah.  Kalimat beliau menggambarkan kepintaran dan kedalaman ilmu. Berikut adalah nasihat indah tersebut:

This three advice from Habib Abdullah bin Muhsin al Attas, Empang, Bogor, I got it when reading the book The most influential 17 Indonesia's Habaib  from UmarAbd al-Qadir Mauladdawilah. His sentence illustrates the depth of intellect andknowledge. These are such wonderful advice:


"Apakah kalian mengetahui kunci - kunci surga itu?"
Ketahuilah bahwa kunci surga yang sebenarnya adalah Bismillahirohim

"Do you know the keys to heaven?"

Know that the key to heaven is actually a Bismillahirohim (With Calling Name ofAllah the Most Gracious and Merciful)



Terangilah rumahmu dengan lampu - lampu 
dan terangilah hatimu dengan bacaan Alquran



Enlighten your home with the light lamp
and lighten your heart with the recitation of the Qur'an


Semua para auliya itu diangkat oleh Allah Swt ke sebuah derajat
 yang tinggi karena hatinya bersih,tidak sombong,tidak dengki
dan selalu rendah hati

 The Auliya was appointed by Allah to a higher degree
 because of their clean heart , not arrogant, does not envy
and always humble

Sejarah Kawasan Empang, Rumah Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas

Mesjid An Nur, Kawasan Empang, Bogor
An Nur Mosque at Empang, Bogor

Lokasi makam Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas terletak di jalan Lolongok, Bogor. Apabila bertanya dimanakah jalan Lolongok berada kepada orang Bogor mereka pasti kurang familiar. Kawasan kramat Empang, Bogor adalah kawasan yang lebih dikenal oleh sekitar. Bayangan ketika mendengar kata Empang tentu pikiran kita langsung terbayang adanya empang di dekat makam Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas. Empang yaitu kolam luas yang biasanya digunakan untuk memelihara ikan atau udang tidak akan kita temukan disini.


Habib Abdullah ibn Mukhsin Al-Attas's resting place is located on Lolongok street,Bogor, West Java. If  you asked where Lolongok street, Bogor to the people, you will found difficult because Lolongok street is certainly less familiar. Kramat Pondarea (Kramat Empang, area), Bogor is a region better known by some When we hear the word of  pond (Empanmg), our mind immediately pictured a pond near the resting place of  Habib Abdullah bin Mukhsin Al-Attas. But the pond (Empang)area that is normally used to keep the fish or shrimp will not be found here.
 
Perumahan di depan Mesjid An-Nur masih terlihat orisinal 
The houses in front of Mesjid An Nur looked so original
 
Saudara ipar saya adalah orang asli Bogor mengatakan sejak lahir saya hanya tahu kawasan makam Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas adalah kawasan Empang. Bagaimana sejarah kawasan ini saya temukan di situs Al-irsyad.or.id, perhimpunan dakwah yang dibentuk 1928 di kawasan Empang.


My brother-in-law is a native Bogor who born in Bogor said that I only know the resting place of area Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas named Pond (Empang)area. How does the history of this region I found on the site of Al-irsyad.or.id,proselytizing associations that formed in 1928 in the Pond (Empang).

 
Kawasan Empang, Bogor tahun 1800an
Empang, Bogor at 1800's



Menurut sejarah, kawasan Empang dulunya dulunya bernama Soekaati (Sukahati) ini menjadi pusat pemerintahan Kampung Baru (cikal bakal Kabupaten Bogor) tahun 1754, dibuktikan dengan adanya lapang yang dulunya berfungsi sebagai alun-alun dan bekas pendopo yang sekarang didiami oleh keluarga almarhum Abdul Azis Al-Wahdi yang berada persis menghadap ke arah alun-alun Empang.

Historically, the area (pond or Empang) was once used to be named Soekaati (Sukahati) is the administrative center of Kampung Baru (forerunner of Bogor District) in 1754, evidenced by the field that used to serve as the square and theformer pavilion which is now inhabited by the family of the deceased Abdul Azis Al-Wahdi which is directly facing the square Pond (Empang).
 
Kawasan Empang, Bogor (Soekahati) di 1800-an
Empang, Bogor (Soekahati) at 1800's
Sebutan Empang muncul ketika Bupati Kampung Baru, yaitu Demang Wiranata (berkuasa 1749-1758), membuat kolam ikan di halaman pendopo. Maka, daerah tersebut pun diidentikkan dengan Empang dari sang bupati dan nama Sukahati menjadi tergantikan. Nama Empang resmi digunakan sejak 28 November 1815 dan pada tahun itu pula dibangun Masjid An Nur oleh Habib Abdullah Bin Mukhsin Alatas.

Pond (Empang) designation arises when the Regent Kampung Baru, namely DematWiranata (reigned 1749-1758), make a fish pond in the courtyard pavilion. Thus,the area was identified with the Pond (Empang) of the regents and the nameSukahati be replaced. Pond's (Empang) official name in use since 28 November 1815 and in the same year An Nur Mosque built by Habib Abdullah Bin MukhsinAlatas .
 
Mesjid An Nur di tahun 1900
An Nur Mosque at 1900
 
Daerah tersebut mulai ditemakan sebagai permukiman masyarakat Arab sejak Tahun 1835 ketika pemerintah mengeluarkan peraturan wijkenstelsel. Yaitu diberlakukannya zona permukiman etnis. Dimana orang-orang Eropa menempati kawasan di sebelah barat jalan raya (sekarang jalan Sudirman) mulai dari Witte Paal sampai sebelah selatan Kebun Raya dan Pakancilan. Orang Tionghoa diberi peruntukan lahan di daerah yang berbatasan dengan jalan raya sepanjang jalan Suryakencana sampai tanjakan Empang. Sedangkan pemukiman Arab berada di sekitar Empang.

The area was identified as a residential community to Arabs began  since theyear 1835 when the government passed a law wijkenstelsel. Namely the implementation of ethnic residential zone. Where the Europeans occupying the area west of the highway (now Sudirman street) from Witte Paal to the south andPakancilan and Botanical Gardens. The Chinese were given the designation of landin the area adjacent to the highway all Suryakencana until the way up hill  Pond area (Empang). While the Arab settlements around the Pond (Empang).

Makam Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas tahun 1900an
Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas's resting place at 1900's

Mengetahui sejarah nama Empang tentunya akan menambah keseruan dalam perjalanan wisata ziarah Makam Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas di Empang Bogor. 

Knowing the history of the Pond's name will certainly add excitement in the Tombpilgrimage tour of Habib Abdullah bin Mukhsin  Al-Attas in Pond (Empang), Bogor . 

Sumber foto (Photo's source) :
www.al-Irsyad.or.id
www.masoye.multiply.com
www.w4x.wordpress.com
www.kota-bogorku.blogspot.com

Mesjid Peninggalan Habib Abdullah bin Mukhsin Al Athas


Wisata Ziarah Waliyuallah Bogor : Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad

Berziarah wali ke Empang, Bogor tidaklah lengkap tanpa berziarah ke makam Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad. Beliau  adalah sahabat sekaligus murid kesayangan dari Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas, Empang, Bogor. Beliau adalah seorang yang alim dan termasuk golongan min kibril ulama wal auliya yang berarti para pembesar ulama dan aulia. Beliau melanjutkan majelis taklim yang didirikan oleh Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas sepeninggalannya. Majelis taklim itulah yang menjadi cikal bakal Majelis Taklim Masjid an Nur Keramat Empang, Bogor. 


Ziarah (Pilgrimages) to wali at Empang, Bogor is not complete without a pilgrimage to the grave of Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad. He is a friend andfavorite student of Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas, Empang, Bogor. He is a pious and one of min kibril ulama wal auliya which means the scholar of Islam andpious personages. He continued Majelis taklim (a group of people doing Al Quran recitation) founded by Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas.

Bercerita mengenai Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad tentu saja tidaklah lepas dari kisah perjalanan Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas selaku guru beliau. Salah satu kisah Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad yang menyaksikan karomah dari Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas adalah ketika diadakannya acara maulid di kediaman Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas. 



Talking about Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad can not be separated from Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas 's stories as his teacher. One of Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad's story who witnessed karomah from Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas when there was maulid (birth anniversary from the prophet, Muhammad) at Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas 's house.



Makam Wali Keramat Empang, Bogor tempat di mana Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad dimakamkan
Wali Karamah Empang, Bogor is Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad resting place

Banyaknya jamaah yang hadir pada acara maulid tersebut tak disangka sehingga jamuannya adalah yaitu nasi kebuli kurang. Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas meminta Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad untuk mengambil kebuli dari dalam lemari beliau. Berikut kata - kata beliau : "Wahai Alwi, ente ambil kebuli di dalam lemari ana tapi jangan melihat." Dengan patuh Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad melaksanakan perintah beliau. Subhanallah, nasi kebuli tersedia cukup untuk para hadirin yang sangat banyak. Nasi kebuli yang terhidang panas dan berlimpah tersebut menimbulkan pertanyaan pada Habib Alwi.


The number of jamaah (number a people who come from another place to attend an event) who attend the maulid (birth anniversary from the prophet, Muhammad) was so unexpected is that Kebuli rice (special rice with goat flesh) less in number. Habib Abdullah bin Mukhsin Al-Attas  asked Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad  to take Kebuli rice from  his cabinet. Here's the word - he said: "O Alwi, grab the Kebuli rice in my closet but please do not open your eyes." Obediently, Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad execute hisorders. Subhanallah, Kebuli rice is enough for the jamaah. The Kebuli rice servedhot and plentiful that it raises questions on Habib Alwi.


Nisan Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad, murid kesayangan
Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas
Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad's tomb, favourite student of
Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas


Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad kemudian menghadap gurunya dan bertanya. "Wahai Habib, darimanakah makanan - makanan tersebut?" kemudian Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas pun menjawab, "Wahai Alwi, aku telah memohon izin kepada Allah SWT untuk mengambil langsung dari dapurnya asy-Syeikh Abdul Qadir al Jaelani." Kisah tersebut menjadi salah satu bukti bahwaHabib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad merupakan murid dan saksi kewalian dari Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas.

Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad and then facing the teacher andask. "O Habib, Where does the food come from?" then Habib Abdullah bin MukhsinAl-Attas replied, "O Alwi, I had begged permission to Allah SWT to take directlyfrom Sheikh Abdul Qadir al Jaelani 's kitchen." The story becomes one proof that Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad is a student and witness status as wali of Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas.

Peziarah banyak yang datang mendoakan Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad, sang wali
Many pilgrims who came to pray for  The Wali, Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad


Setelah kewafatan Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas, Habib Alwi Muhammad bin Thahir al Hadad  tidak pernah memakai alas kaki ketika berziarah ke makam gurunya. Saat ditanya "Wahai Habib, apa yang membuatmu tidak mengenakan alas kakimu saat berziarah ke makam Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas?" kemudian Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad menjawab "Bagimana saya akan memakai alas kaki, sedangkan di bumi ini ada jasad al - Imam al - Habib Abdullah bin Muhsin al- Attas."


After Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas passed away, Habib Alwi Muhammad bin Thahir al Hadad  never wear footwear when on a pilgrimage to the grave of his master. When someone asked "O Habib, what makes your feet do not wear padsduring a pilgrimage to the Habib Abdullah bin Mukhsin Al Attas 's resting place?"then Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad replied, "How can I wear a footwear, while on this earth there are the bodies of al - Imam al - Habib Abdullah bin Muhsin al- Attas."
Foto Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad yang terpajang 
di rumah peninggalan Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas
Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad's photos displayed 
at Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas heritage house

Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad adalah seorang wali yang mengikuti jejak gurunya yaitu  Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas dengan kesahajan dan kedalaman ilmu. Beliau selama hidup dekat dengan gurunya begitu juga ketika wafatnya. Beliau dimakamkan dalam satu areal pemakaman di Keramat Empang, Bogor. Letaknya dekat dengan makam gurunya Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas yaitu disamping beliau dekat dengan pintu masuk areal makam Keramat Empang, Bogor.

Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad is a wali who follow in the footstepsof his teacher Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas with the simplicity and depth ofknowledge. He  so close to his teacher when life as well as death. He was buriedin a graveyard at Keramat Empang, Bogor. It lies close to the grave of his teacherHabib Abdullah bin Muhsin Al Attas is beside him near the entrance of the grave Keramat Empang, Bogor.