Kelompok
teroris dukungan Front Arab-Barat kembali melakukan kejahatan
mengiriskan di Suriah. Milisi ini membantai sekitar 100 warga Suriah.
Anasir teroris Jumat (26/7) melakukan kejahatan baru dengan membantai
123 warga sipil tak berdosa di distrik Khan al-Assal, Aleppo, Suriah
utara. Setelah membantai warga, anasir teroris ini memasukkan jenazah
warga ke dalam lubang dan membakarnya.
Departemen Luar
Negeri Suriah Sabtu (27/7) mengirim surat kepada Sekjen PBB, Ban Ki
moon, ketua Dewan Keamanan, Komisaris Dewan HAM PBB dan ketua Hak Asasi
Manusia. Dalam suratnya Deplu Suriah menyatakan pembantaian terbaru di
distrik Khan al-Assal akibat dukungan militer dan finansial sejumlah
negara tetangga terhadap kelompok teroris ini.
Dalam
surat Deplu Suriah kepada petinggi PBB disebutkan, sejumlah negara masih
tetap menjalankan kebijakan sekali mendayung dua, tiga pulau terlampaui
dengan mencegah pengutukan terhadap berbagai kejahatan kelompok teroris
Takfiri yang berafiliasi dengan milisi al-Qaeda.
Kelompok Salafi dan Wahabi dukungan Arab Saudi, Amerika dan Israel
hingga kini telah melakukan beragam kejahatan di Suriah. Kejahatan
kelompok teroris Wahabi dan Salafi di Suriah tidak terbatas pada
pembantaian massal hari Jumat di distrik Khan al-Assal. Kelompok Takfiri
baru-baru ini setelah membunuh serdadu Suriah kemudian mengorek
jantungnya dan aksi sadis ini pun disebar luas di media Barat. Bahkan
BBC mewawancarai pembunuh serdadu Suriah tersebut dan seraya membela
diri, algojo tersebut menyatakan akan terus melanjutkan aksi dan
kejahatan di Suriah.
Pembunuhan warga Suriah di tangan
teroris Takfiri dan Wahabi kontradiksi dengan slogan negara pengklaim
anti terorisme dan membela Hak Asasi Manusia (HAM). Negara-negara
tersebut tak segan-segan menurunkan bantuan terhadap kelompok teroris
Suriah. Saat ini beragam senjata dari berbagai negara dengan kerjasama
Amerika, Arab Saudi, Israel dan Turki mengalir deras ke Suriah. Dengan
demikian peran destruktif negara tetangga Suriah, khususnya Turki dalam
membantu kejahatan kelompok teroris terlihat nyata.
Turki dewasa ini menjadi transit teroris ke Suriah dan pengiriman
senjata bagi mereka. Negara-negara pendukung teroris di Suriah yang
menganggap tengah berusaha menegakkan demokrasi di Damaskus harus
memberi pertanggung jawaban atas kejahatan kelompok takfiri.
Negara pro teroris dan Takfiri di Suriah juga harus menjawab pertanyaan
ini, apa dasar mereka berusaha menegakkan demokrasi di Suriah, namun
bungkam terhadap kejahatan kelompok teroris di negara ini. Dan bahkan
mereka terlibat dalam kejahatan yang ditebar oleh kelompok Takfiri?
Seperti sikap Presiden Suriah, Bashar al-Assad baru-baru ini yang
memperingatkan negara pro teroris bahwa mereka yang memberi dukungan
finansial dan logistik kepada teroris akan merasakan dampak negatif dari
kebijakannya tersebut. Kini opini publik Barat mengkhawatirkan akhir
dari misi teroris di Suriah, kelompok teroris yang datang dari penjuru
dunia. Opini publik Barat khawatir jika milisi bersenjata ini balik ke
negara masing-masing, maka keamanan negara tersebut akan menghadapi
ancaman. Berdasarkan berbagai laporan, para teroris di Suriah berasal
lebih dari 40 negara. (IRIB Indonesia/MF)
(Arrahmah.com)
- Pembantaian dan kekejian lainnya terhadap Muslim Rohingya di Burma
(Myanmar)-terutama di Arakan-sebenarnya bukan pertama kalinya di tahun
ini, namun dimulai pertengahan tahun ini penindasan terhadap Muslim di
Arakan meningkat tajam hingga mengejutkan mata dunia.
Selama ini, media Islam-lah yang berusaha untuk mengungkap tragedi
berdarah yang menimpa umat Islam di Burma disaat media internasional
'kelas atas' pada umumnya bungkam, sehingga banyak orang di dunia tidak
mengetahui apa yang terjadi sebenarnya terhadap Muslim Rohingya. Namun,
fakta-fakta yang dipaparkan selama ini oleh media Islam masih saja
menghadapi berbagai hujatan dan kritikan dari orang-orang yang ragu,
meskipun sumbernya dari mereka yang memiliki koneksi langsung ke Muslim
Rohingya di Arakan. Terlebih lagi, beredarnya beberapa foto-foto hoax tentang genosida Muslim Rohingya baru-baru ini juga dijadikan alasan sebagian orang untuk tidak mempercayai fakta yang ada. Walaupun
begitu, fakta tetaplah fakta, yang pasti akan terungkap meskipun
disembunyikan dan meskipun banyak orang yang meragukan.
Berikut ini adalah sebuah pemaparan fakta terkait genosida atau upaya
pembersihan etnis Muslim Rohingya....klik tajuk / link
di Burma yang ditulis dan
dipublikasikan oleh salah satu media jihad, Global Islamic Media Front,yang diterjemahkan oleh tim Maktabah Jahizuna,
berdasarkan laporan kredibel dari tempat kejadian, untuk mengungkapkan
kenyataan yang sebenarnya terjadi dan bantahan bagi orang-orang yang
meragukan genosida ini dan bahwa kerusuhan etnis ini bukan dipicu oleh
kaum Muslimin.
***
Sebab Awal Pembantaian ini?
Pembantaian ini di awali dari fitnah yang disebarkan oleh orang-orang
Budha Rakhine terhadap minoritas Muslim Rohingnya. Dimana dikatakan
bahwa tiga pemuda Muslim telah membunuh dan memperkosa seorang wanita
berusia 26 tahun. Tentu saja semua itu bohong. Dimana sebenarnya
perempuan itu diperkosa dan dibunuh oleh pacarnya bersama beberapa gang
pemuda Budha Rakhine. Peristiwa pembunuhan itu di awali ketika sang
gadis ingin "putus" dengan sang pacar dikarenakan dia jatuh hati pada
laki-laki lain. Maka sang laki-laki pun berusaha membujuk agar tidak
putus. Namun ternyata ditolak, maka sang mantan pacar ini marah dan
kemudian mengajak dua temannya untuk membalas dendam dengan memperkosa
dan membunuh sang gadis.
Lalu para pembunuh itu meletakkan mayat gadis itu di dekat desa
Muslim. Kemudian orang-orang Budha Rakhine dan Quaffer Burma (Otoritas
Myanmar) menuduh bahwa orang-orang Muslim membunuh perempuan itu.
Akibatnya, tiga pemuda Muslim yang tidak bersalah ditangkap. Satu
dipukuli hingga tewas dan dua lainnya dijatuhi hukuman mati oleh
pengadilan. Inilah fakta yang ditunjukkan oleh Pemerintah Budha Burma
kepada dunia, bahwa mereka berani menciptakan peristiwa dan kasus palsu
hanya untuk mencari kesempatan membunuh Umat Islam Rohingnya. Situasi Muslim Rohingya Sebelum Awal Genosida ini
Beberapa bulan sebelumnya, para ekstrimis Budha Rakhine dan
Xenophobia, mereka banyak membuat propaganda-propaganda anti Muslim
Rohingnya. Dan semua itu direlease baik di dalam maupun di luar Burma.
Dengan mengusung slogan lama yakni "Rohingnya (sebutan untuk Muslim di
sana -pent) bukanlah orang Burma, mereka adalah imigran gelap dari
Bangladesh". Dengan maksud untuk memusnahkan dan mengusir Kaum Muslimin
di sana.
Anehnya, seluruh kejadian yang ada (protes dan sebagainya -pent)
seperti telah diorganisir dan seluruh kejadian yang terjadi sesuai
dengan statemen dan skema yang pernah dikeluarkan oleh beberapa Menteri
dan Pihak Pemerintah yang berkuasa. Bagaimana Pembantaian itu Dimulai dan Apa Yang Terjadi Setelah itu?
Pada tanggal 3 Juni 2012, Rombongan Jemaah Muslim Rangoon yang baru
kembali dari pengajian dan wisata rohani di Masjid Thetsa di daerah
Thandwe di Negara bagian Arakan Selatan. Para Jamaah mengendarai bus
yang menuju daerah Rangoon, namun di tengah perjalanan mereka dihadang
oleh massa Budha Rakhine di kota Taungup di Negara Arakan bagian
selatan. Lalu tiba-tiba massa mengamuk dan berusaha membunuh semua
penumpang. Dimana seorang pemandu, kernet dan seorang wanita meninggal.
Lalu di pihak Jemaah 8 orang Jemaah tewas. Dan lima Jamaah lainnya dapat
melarikan diri dengan selamat.
Kejadian ini terjadi di depan Kantor Imigrasi. Pada mulanya gerombolan Teroris Budha Rakhine itu menghentikan bus naas
yang berplat nomor 7 (GA) 7868 ini. Mereka menghentikan bus tepat di
depan gerbang Imigrasi. Sembari membawa senjata mereka menurunkan semua
penumpang bus dan berteriak, "Turun semua, kami mencari orang-orang
asing !!!" (sebutan untuk kaum Muslimin Rohingnya, yang tidak dianggap
sebagai Warga Negara Burma –pent).
Lalu pemandu jalan dan beberapa penumpang bus turun dan meminta agar
massa teroris itu tidak melakukan hal-hal yang berbahaya terhadap
seluruh penumpang. Namun para teroris itu tidak menghiraukan mereka dan
memasuki bus secara paksa, lalu berteriak pada para penumpang bahwa
mereka mencari "orang-orang asing". Kemudian mereka mulai memukuli dan
menyeret para Jamaah Muslim turun ke jalanan. Para teroris Rakhine yang
berjumlah sekitar 300 orang itupun mengeroyok beberapa Jamaah Muslim
hingga tewas. Lalu setelah itu massa teroris itu juga menghancurkan dan
membakar bus tersebut.
Anehnya, massa sebelumnya telah berkumpul di depan gerbang kantor
Imigrasi pemerintah, namun tidak ada satupun pihak yang berwenang yang
berusaha membubarkan mereka sebelumnya. Dan pada saat kejadian itupun
tidak terlihat adanya aparat maupun petugas kantor Imigrasi yang
berusaha mencegah pembantaian itu.
Berdasarkan daftar yang beredar, delapan
korban Muslim yang berangkat dari Masjid Tachan Pai ke Tandwe, semuanya
berasal dari Burma tengah. Berikut data mereka:
Muhammad Sharief @ U Ne Pwe s / o U Ahmed Suban, 58 8/Ta Ka Ta (N) 095548, dari Taung Twin Gyi
Muhammad Hanif @ U Maung Ni s / o U kay sufi Pe, 65 8/Ta Ka Ta (N) 095530, dari Taung Twin Gyi
Shafield Bai @ U Aye Lwin s / o UA Hpoe Gyi, 52 8/Ta ka Ta (N) 093573, dari Taung Gyi Twin
Aslam Bai @ U Aung Myint s / o U Hla Maung, 508/Ta ka Ta (N) 094557, dari Taung Twin Gyi
Balai Bai @ Tayzar Myint s / o U Yakub, 288/Ta ka Ta (N) 189815, dari Taung Twin Gyi
Shuaib @ Tin Maung Htwe s / o U Tin Oo, 218/Ta ka Ta (N) 231084, dari Taung Twin Gyi
Salim Bai @ Aung Kyaw Bo Bo s / o U Tun Tun Zaw, 2614/Ma La Na (N) 231084, dari Myaung Mya
Lukman Bai @ Nyi Nyi Zaw Htut s / o U Ibrahim, 3314/Ma La Na (N) 148133, dari Myaung Mya
Dan dua korban lainnya adalah pasangan suami istri dari kota Thandwe,
merupakan awak bus. Para korban pun dikuburkan di Tandwe pada malamnya.
Lima Jamaah lainnya berhasil melarikan diri dari pembunuhan brutal
itu.
Lalu untuk merayakan hal itu, para teroris Rakhine meludahi dan
mengguyur mayat-mayat kaum Muslimin yang tergeletak di tengah jalan itu
dengan anggur dan minuman keras. Namun anehnya pula, tidak ada satupun
orang yang ditangkap dan tidak ada tindakan hukum terhdapa para pembunuh
itu.
Para Petugas Keamanan Rakhine Menjarah dan Membakar Seluruh Property Kaum Muslimin Rohingnya Dengan Alasan Uu No. 144
Pemberlakuan UU no. 144 oleh Otoritas Burma, memaksa komunitas Muslim
Rohingnya dari Maungdaw tidak dapat keluar dari rumahnya ketika Aparat
memasuki area mereka. Namun di sisi lain, orang-orang Rakhine bebas
berkeliaran sehingga merekapun dengan bebas menyerang, menjarah dan
membunuhi kaum muslimin di sana.
Anehnya personil keamanan Burma itu, malah
berusaha melindungi orang-orang Budha Rakhine, ketika mereka sedang
mempersiapkan diri untuk membakar rumah penduduk Muslim Rohingnya.
Menurut seorang tetua Maungdaw bahwa
Personil keamanan melepaskan tembakan secara memababi buta ke arah
kerumunan Muslim Rohingya yang berusaha melindungi harta dan properti
mereka.
Pada 8 Juni 2012, Personil Keamanan dan orang-orang
Budha Rakhine melakukan penyerangan. Mereka membakar rumah beberapa
orang yakni Razak, Lalu dan Syed Ahmad. Lebih dari lima toko pakaian di
jarah, dimana total kerugian sekitar 150.000.000 kyat. Satu masjid di
desa Sawmawna dihancurkan. Dan lebih dari 200 Muslim Rohingnya terluka.
Pada tanggal 9 Juni 2012, terjadi
penyerangan oleh para teroris rasis Budha Rakhine dan Aparat Keamanan,
dimana 100 orang tewas dan hampir 500 orang terluka.
Pembantaian Terhadap Kaum Muslim di Arakan Terus Terjadi Meskipun
Pihak Tentara Telah Menyatakan Mereka Sudah Mengontrol Situasi yang
Ada Sebagian besar kaum Muslimin Rohingnya melarikan diri ke Bangladesh
dari Akyab. Hal ini karena terror dan kekerasan yang terjadi di Negara
bagian Arakan tersebut, dimana desa-desa Muslim Rohingnya dibakar dan
banyak Muslim Rohingnya yang dibunuh oleh Polisi, Aparat Kemanan dan
para teroris Budha. Kaum Muslimin Rohingnya pun berbondong-bondong
menuju Bangladesh, yang mana mereka berpikir bahwa Bangladesh adalah
Negara Islam, sehingga karena sesame Muslim maka mereka akan di bantu.
Sayangnya, thaghut murtad Pemerintah Bangladesh dan tentaranya
menolak dan melarang Muslim Rohingnya memasuki Bangladesh. Dan jika ada
Muslim setempat (Bangladesh) memberi bantuan atau menampung para
pengungsi Muslim Rohingnya, maka mereka akan ditangkap dan bagi Muslim
Rohingnya maka mereka akan di deportasi.
Semenjak 8 Juni 2012, pihak berwenang Burma baru-baru ini mendirikan
sebuah ruang sidang khusus di dalam Kantor Polisi Maungdaw. Seorang
Tetua setempat mengatakan, "Pengadilan Khusus itu digunakan untuk Muslim
Rohingya yang ditangkap oleh Polisi, Nasaka (Pasukan Keamanan
Perbatasan) dan Tentara; dengan tuduhan menciptakan masalah dan
kerusuhan di Maungdaw. Tidak ada argumen maupun pembelaan dari terdakwa
di Pengadilan Khusus ini. Dimana hakim hanya membaca pernyataan lalu
mengirim mereka ke penjara. "
Siapapun tidak bisa menemukan kerabatnya, jika telah ditangkap oleh
pihak berwenang. Dan mereka pun tidak mengetahui kapan dan bagaimana
kerabatnya itu akan disidang di Pengadilan Khusus itu, kata seorang
Politisi Maungdaw. Ini merupakan taktik baru yang dilakukan Otoritas
Budha Burma, dalam memperkosa wanita Muslimah Rohingnya. Hal ini membuat
tidak ada tempat aman bagi para Muslimah Rohingnya di Maungdaw. Kata
seorang Politisi Maungdaw, "Semenjak 8-19 Juni 2012, telah tercatat
lebih dari 60 perempuan diperkosa di Maungdaw oleh para Petugas Keamanan
– baik itu Polisi, Hluntin (Pasukan Keamanan), Nasaka, dan Tentara-
bersama dengan orang-orang Budha Rakhine dan Natala (pemukim baru)."
Pemerkosaan dan penyerangan itu dilakukan secara licik. Dimana
sebelumnya, Pihak berwenang mengajak seluruh laki-laki di wajibkan untuk
datang ke pertemuan mereka. Sementara semua orang melakukan pertemuan,
Pasukan Keamanan-pun dikirimkan untuk memasuki dan menyerang desa-desa
tersebut. Sebagian besar Muslimah Rohingnya yang tinggal di rumah mereka
-pun diperkosa oleh Petugas Keamanan bersama orang-orang Budha Rakhine
dan Natala. Mereka-pun menghancurkan dan menjarah harta yang ada.
Berdasarkan keterangan dari para korban di Paungzarr, mereka menyatakan
bahwa, "Pihak Keamanan - Tentara dan Nasaka - memasuki desa pada malam
harinya ketika para lelaki mengikuti pertemuan oleh Pihak Berwenang.
Para lelaki semuanya keluar menghadiri pertemuan karena takut ditangkap
jika tidak berangkat.
Kemudian dengan liciknya Pasukan Keamanan memasuki rumah-rumah,
dengan alasan hendak mengecek, adakah keluarganya yang tidak hadir dalam
pertemuan itu. Lalu setelah itu merekapun diperkosa dengan keji."
Muslim tidak dilindungi di Arakan (Maungdaw dan Akyab) oleh pasukan
keamanan – baik itu Nasaka, Hluntin, maupun Polisi - yang mana mereka
telah menjelma menjadi "kekuatan pembunuh". Alih-alih mereka melindungi
orang-orang yang tidak berdaya, mengendalikan situasi, dan memulihkan
hukum dan ketertiban. Malah mereka mengamuk dan membakar
desa-desa Muslim dan menembak orang-orang yang berusaha melarikan diri
dari rumah-rumah yang terbakar.
Jam malam yang diberlakukan hanyalah upaya untuk melakukan pembunuhan
secara sistematis terhadap Muslim di kota Akyab dan kota Maungdaw.
Dimana ketika jam malam tiba, "orang-orang suci Budha" bersama para
pengikutnya dari Arakan turun ke jalan-jalan, bersama-sama dengan
Pasukan Keamanan. Mereka berjalan menuju ke desa-desa Muslim secara
bersama-sama. Sesampai di sana, mereka mulai membanjiri tanah dengan
darah Muslim Rohingnya, lalu memerahkan langit dengan api yang membakar
desa dan properti kaum Muslimin Rohingnya. Dan membuat malam yang sunyi,
penuh dengan teriakan dan ketakutan. Hasbunalloh Wani'mal Wakil….