Seperti kita ketahui Jakarta merupakan kota dagang dengan pelabuhan yang ramai,apalagi dizaman Belanda. pelabuhan sunda kelapa yang terkenal terlebh dahulu sangat ramai dikunjungi pedagang dari seantro dunia, barulah Dbuat Pelabuhan Tanjung priok untuk mengantisipasi membludaknya keramaian di pelabuhan.
Namun siapa sangka dibalik itu semua tersimpan satu hal yang membanggakan, Ternyata banyak makam para ulama yang berdakwah menyebarkan agama ISlam di pesisir jakarta bahkan dikeramatkan karena banyaknya keajaiban-keajaiban yang terjadi di sekitar makam. seperti: Makam Kramat Tg Priok,Kramat Kampung Bandan,Kramat Luar Batang, Nah untuk agan2 semua, saia cuma bisa ceritakan 3 makam keramat itu, baca baik-baik kisahnya.
a. MAKAM KERAMAT TANJUNG PRIOK
Siapa sangka ternyata asal muasal nama tanjung priok ini berasal dari penghuni makam ini yaitu Al Imam Arif Billah habib Hasan bin Muhammad Al haddad. BEliau adalah seorang ulama sekaligus waliyullah ,Jadi ceritanya begini suatu hari seperti biasa Habib hasan ini berdakwah ke sluruh pelosok2 sampai tempat terpencil dengan sebuah perahu kecil degan dayung2 bersama teman2nya.
Singkat cerita suatu hari tentara Belanda melakukan penyerangan d laut,Hb Hasan terpaksa tidak makan sampai 10 hari hingga akhirnya ia menutup periok(tempat Menaruh nasi)dengan jubahnya, dan subhanallah Ajaib tiba ketika jubahnya dibuka keluarlah nasi dari periok tsb dan beliau makan bersama teman2nya.
Namun ketika masih dalam pelayaran habib diserang oleh ombak besar,
temanya selamat dan tidak sempat menyelamatkan sang ulama. Namun lagi keajaiban terjadi ikan lumba2 mengerumuni jasad beliau dan membawanya ke daratan. Masyarakat sekitar kaget dan takjub akan peristiwa itu.Masyarakat pun sgera mengebumikan beliau, di makam bliau pada saat itu,di posisi kepala beliau ditancapkan dayung yg dipakai beliau mendayung perahu karena dibangun pondok di makam itu maka daerah itu dinamakan pondok dayung,(cek)sedangkan di posisi kaki beliau ada pohon tanjung yang tumbuh,sedangkan di samping makam beliau ditaruh periok, yang setiap hari/taun posisinya bergeser hingga ke lautan, sampai2 ada orang yang melihat periok sebesar rumah muncul dari lautan, maka dari itu daerah itu dinamakan TANJUNG PRIOK(CEK UNTUK MEMBUKTIKAN)
KEKERAMATAN MAKAM INI
Karena letaknya yang strategis dekat dengan pelabuhan(bahkan lokasinya di Terminal Peti Kemas Koja)maka membuat orang2 yang maruk dengan harta ngiler ingin menggarap tanah ini, bahkan rencana busuk ini sudah dimulai ketika zaman belanda,konon kisahnya ketika pemerintah kolonial ingin membongkar makam ini tiba terdengar ledakan keras dan sinar laser dari dalam makam, sehingga kolonial urung membongkarnya, Ternyata Hal itu terjadi lagi di zaman Soeharto,tommy Soeharto yang dulu menguasai daerah pelabuhan bilang agar kawasan makam jangan diusik, namun rupanya anak buahnya ada yang membandel,maka dibuatlah rencana2,bahkan sang ahli waris diteror,dintimidasi dlll, namun ketika beko (buldoser) sudah mau menancapkan taringnya ke makam beko pun meledak dan opratornya pun tewas seketika, kejadian ini terulang lagi sampai enam kali. Maka dari itu sekarang ini tidak ada lagi yang berani mengusik makam keramat ini.Namun tetap saja ada yang mau merebut tanah ini seperti pihak PELINDO,tetapi para Ulama seluruh Indonesia bahkan mancanegara akan melindunginya karena habib berwasiat jika makam saya dibingkar sampai 3 kali maka bukan tg priok saja yang bakal tenggelam, Jakarta pun akan tenggelam.
DIKUNJUNGI SELURUH UMAT
di makam ini ternyata bukan cuma muslim saja tetapi banyak dari umat lain yang mengunjungi misalnya saja saudara kita etnis tionghoa banyak yang berkunjung kesini, karena dikisahkan ada murid habib hasan yang berdarah tionghoa. tak hran kalau kita kesana kita akan menemukan dupa2 seperti di klenteng2, Bagi agan2 yang ingin bersilaturahmi./ berziarah hendaknya brpakaian yang sopan dan muslim/ah serta menjaga etika di dalam areal makam.
b. MAKAM KRAMAT KAMPUNG BANDAN
Masjid Kramat Kampung Bandan, Menggeser Jalan Tol
By tantijohana
MASJID Al Mukaromah di Kampung Bandan yang terletak di tepi Jalan Lodan Raya, Kelurahan Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, dianggap sebagai masjid keramat yang menyimpan jejak sejarah penyebaran Islam di Jakarta. Di kompleks masjid ini terdapat tiga makam yang dikeramatkan, yaitu makam Habib Mohammad bin Umar Al-Qudsi (wafat pada 23 Muharram 1118 H), Habib Ali bin Abdurrahman Ba’ Alwi (wafat 15 Ramadhan 1122 H), dan Habib Abdurahman bin Alwi Asy-Syathri (wafat 18 Muharam 1326 H), pendiri masjid itu.
Masjid Kampung Bandan yang tampak sederhana itu, masih menyimpan peninggalan masa lampau. Walaupun sudah banyak bagian masjid ini yang dipugar, namun suasana abad ke -18 masih terasa, terutama dari bagian-bagian bangunan yang masih ada dari masjid tersebut. Di antaranya adalah sejumlah tiang masjid itu yang masih asli berwarna hijau, agak kontras dengan warna dinding masjid yang putih. Barangkali inilah ciri khas masjid yang sudah berusia kurang lebih 300 tahun itu.
Di sekeliling area masjid terdapat banyak pepohonan, sehingga lingkungan masjid yang berdiri di lahan seluas sekitar 700 meter persegi itu terasa sejuk. Sayang, masjid ini tidak memiliki lahan parkir yang luas, sehingga jemaah masjid itu harus parkir di tepi Jalan Lodan.
Masjid Kampung Bandan didirikan oleh Habib Abdurrahman Bin Alwi Asy-Syathri pada tahun 1789. Menurut pengurus masjid, Habib Alwi Bin Ali Asy-Syathri, yang merupakan keturunan keempat Habib Abdurrahman Bin Alwi Asy-Syathri, berdasarkan cerita turun temurun, Habib Abdurrahman mendapatkan karomah atau pencerahan dari Allah untuk merawat dua makam wali penyebar agama Islam di Jawa yang berada di daerah tersebut.
Kedua makam tersebut diyakini sebagai makam Habib Mohammad Bin Umar Al Qudsi dan makam Habib Ali Bin Abdurrahman Ba’Alwi yang merupakan salah satu khalifah penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Habib Abdurrahman membuat sebuah tempat persinggahan untuk berteduh dan sembahyang bagi para peziarah di samping makam tersebut. Namun karena semakin banyak para peziarah yang datang ke kuburan kedua wali tersebut, akhirnya Habib Abdurrahman mendirikan sebuah surau. “Ketika dibangun surau, di daerah sini masih berupa rawa dan setengah hutan, karena letaknya sudah berada di pesisir pantai,” ujar Habib Alwi.
Setelah Habib Abdurrahman Bin Alwi Asy-Syathri wafat, kepengurusan surau tersebut diserahkan kepada anaknya, Habib Alwi Asy-Sathri. Jenazah Habib Abdurrahman dikuburkan di samping kedua makam yang berada di kompleks surau tersebut.
Pada tahun 1947, surau tersebut diubah oleh Habib Alwi Asy Syathri menjadi bangunan masjid dengan 12 tiang penopang. Karena di Kampung Bandan saat itu belum ada tempat ibadah untuk masyarakat.
Pada saat itu pula nama masjid yang sudah dikenal dengan sebutan Masjid K(e)ramat Kampung Bandan bernama resmi Masjid Jami Al Mukaromah. Tapi hingga saat ini masyarakat dan para peziarah lebih mengenal masjid ini dengan nama Masjid Kramat Kampung Bandan.
Pada tahun 1972, Dinas Museum Purbakala Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memasukkan Masjid Kramat Kampung Bandan menjadi salah satu cagar budaya yang bangunannya harus dilindungi. Dan sejak saat itu, masjid tersebut setiap satu dasawarsa dipugar agar tetap terjaga kelestariannya.
Seiring dengan semakin dikenal dan banyaknya pengunjung Masjid Kramat Kampung Bandan, pengurus masjid itu menambah ruangan masjid utama tersebut. Penambahan semula dilakukan ke bagian depan masjid, lalu ke sisi kiri dan kanan dan terakhir penambahan di bagian belakang masjid.
Menurut Habib Alwi Bin Ali Asy-Sathri, saat ini masjid utama sudah dikelilingi oleh bangunan tambahan masjid yang bisa menampung jemaah kurang lebih 700 orang. “Masjid ini sudah tiga kali dipugar, yang pertama pada tahun 1979-1980, yang kedua pada tahun 1989-1990, dan yang terakhir pada tahun 2000-2001, sementara dananya berasal dari pemerintah,” ujarnya. Namun, kata Habib Alwi, pemerintah hanya memberikan dana untuk renovasi sepuluh tahun sekali, sedangkan untuk dana pemeliharaan rutin, pengurus masjid mendapatkannya dari infak shalat Jumat dan para peziarah.
Menyinggung soal sempitnya lahan parkir untuk kendaraan para peziarah, Habib Alwi mengakui sebagai salah satu kendala di saat masjid banyak dikunjungi peziarah. Sebelumnya, lahan warisan milik Habib Abdurrahman itu kurang lebih seluas dua hektar. Tetapi karena tidak terpantau oleh pengurus terdahulu, sebagian lahan itu dimanfaatkan oleh masyarakat pendatang dijadikan rumah tinggal. “Tanah warisan milik Habib Abdurrahman sejak tahun 1970-an sudah banyak digarap warga pendatang, dan hingga saat ini yang tertinggal hanya sekitar 30 persennya saja,” ujarnya. Untuk mencegah semakin sempitnya area masjid tersebut, Kata Alwi, dirinya pada tahun 1998 mengusulkan kepada Dinas Permuseuman DKI Jakarta agar membangun tembok pembatas di sekeliling area masjid, sementara realisasi pemagaran baru dilakukan pada tahun 2000.
Kata habib Alwi, pihak pengelola juga berencana menjadikan area masjid tersebut sebagai Pusat Kegiatan Islam (Islamic Centre). Kini telah dimulai dengan dibangunnya sebuah lembaga pendidikan Islam di sisi utara masjid tersebut. Rencana pembanguan Islamic Centre tersebut sudah direncanakan sejak tahun 1993. Saat ini di area masjid tersebut terdapat sebuah Taman Kanak-kanak dan Taman Pendidikan Al Quran dengan 50 siswa. “Sebagian siswa yang sekolah di sini adalah yatim. Kita memberlakukan subsidi silang agar warga yang tidak mampu juga bisa belajar di sekolah ini,” ujar Habib Alwi.
Lebih lanjut, kata Habib Alwi, Masjid Al Mukaromah biasanya akan ramai didatangi para peziarah pada bulan-bulan tertentu semisal bulan Maulid dan bulan Sya’ban, menjelang bulan puasa. Sementara peziarah yang datang berasal dari berbagai tempat di Indonesia semisal Jabodetabek, Jawa Timur, Madura, Kalimantan Selatan, dan lain-lain. “Tapi memang jumlah peziarah akan membeludak pada bulan Sya’ban, menjelang bulan puasa, sedangkan pada bulan puasa, masjid ini sepi dari para peziarah, tapi banyak dikunjungi oleh warga sekitar untuk melakukan shalat tarawih,” tuturnya.
Kata Habib Alwi, sebagian peziarah mengaku terlebih dahulu mendapat mimpi. “Banyak peziarah yang bilang ke saya sebelum datang ke masjid ini, mereka terlebih dahulu mendapat mimpi agar datang ke sini. Dalam mimpi tersebut juga digambarkan secara detail bagaimana bentuk masjid serta ciri-cirinya,” ujarnya.
Kata Alwi, sebagian peziarah yang datang kebanyakan melakukan zikir dan ibadah di masjid tersebut. Selain itu ada juga peziarah yang mengharapkan mendapatkan benda-benda setelah berziarah ke masjid tersebut. “Keperluan peziarah yang datang ke sini memang macam-macam. Biasanya apa yang dicari oleh para peziarah, mereka dapatkan, semisal meginginkan batu atau angkin,” ujarnya. Menurut Habib Alwi, keberadaan masjid keramat itu ternyata memberikan rezeki bagi warga sekitarnya. Karena banyaknya para peziarah yang datang, warga bisa kecipratan rezeki dari berdagang berbagai cenderamata, minyak wangi, menjadi tukang parkir atau menjaga alas kaki para peziarah.
Masjid ini juga memiliki cerita aneh di kalangan masyarakat. Hal itu terjadi pada tahun 1994, ketika dilakukan pembangunan jalan tol layang. Menurut Habib Alwi, pada saat itu, rencananya sebagian halaman masjid akan digusur untuk jalan layang tersebut. Dan jika terlaksana, letak masjid tersebut nantinya akan berada di bawah jalan layang. Namun, pada saat pembangunan tiang penyangga jalan tersebut patah dan ambruk. Pembangunan akhirnya dilakukan dengan cara manual, tapi tetap saja tiang penyangga tidak bisa berdiri kokoh.
Keajaiban lain juga terjadi, pada saat itu, para pekerja terus mengejar pengerjaan jalan tol yang dirasakan sudah terlambat tersebut dengan tetap bekerja pada hari Jumat, tanpa menghiraukan imbauan pengurus masjid untuk tidak melakukan aktivitas pembangunan pada hari tersebut. Akhirnya, semua beton dan tiang penyangga yang sedang dikerjakan hancur dan menewaskan banyak pekerjanya. “Menurut pimpro pembangunan jalan tol ini, mereka tidak melihat ada masjid ini pada saat melakukan penelitian dan pemotretan dari udara. Baru setelah kejadian ambruknya tiang penyangga yang menewaskan beberapa pekerja, pimpro tersebut datang ke masjid. Mereka baru mengetahui kalau masjid ini keramat dan akhirnya sepakat untuk menggeser area jalan tol ke sebelah selatan,” ujar Habib Alwi sambil mengenang keajaiban terbesar yang dapat disaksikan banyak orang pada saat itu.(mur)
pada saat itu.(mur)
Sumber: Harian Kompas, Senin, 03 November 2003.
c. Makam Kramat Luar batang
Ketika saya kecil hingga beranjak dewasa kampung saya selalu ramai di kunjungi oleh para peziarah baik itu dari dari jakarta dan sekitarnya maupun dari luar kota terutama pada malam jum’at.Kampung Luar batang itulah tempat kelahiran saya yang terletak di daerah padat penduduk di jakarta utara.Tepat disamping rumah saya terdapat Maqom seorang waliyulloh yang terkenal dengan karomahnya.Beliau adalah Habib husein bin abi bakar al idrus lahir di Migrab, dekat Hazam, Hadramaut, Datang di Betawi sekitar tahun 1746 M. Berdasarkan cerita, bahwa beliau wafat di Luar Batang, Betawi tanggal 24 Juni 1756 M. bertepatan dengan 17 Ramadhan 1169 Hijriyah. . Silsilah beliau : Habib Husein bin Abubakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Husein bin Abdullah bin Abubakar Al-Sakran bin Abdurrahman Assaqqaf bin Muhammad Maula Al-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath.
Habib Husein yang lebih terkenal dengan sebutan Habib Keramat Luar Batang,menurut Habib Musthofa Alidrus yang selalu membacakan Manaqib Habib husein Alidrus pada acara haul diwaktu Habib Husein masih hidup beliau pernah berkata kepada seorang opsir belanda “nanti suatu saat kamu akan menjadi orang besar”, opsir tsb tdk mengindahkan kata2 Habib, hingga dia pulang ke negaranya lalu dipanggil lagi ke indonesia dengan jabatan tinggi, dia teringat akan kata2 Habib dan mau memberikan hadiah, lalu ditawarkan berbagai hadiah spt uang,emas dll tapi Habib tidak mau, akhirnya disepakati Habib mau menerima hadiah berupa kepemilikan daerah sekeliling yg sekarang lokasinya di makamnya itu, dulunya daerah itu adalah tempat yg kalau laut pasang terendam air, setelah dikabulkan maka di pasang patok2 kayu menandakan batas wilayah yang Habib inginkan, nah dari situ muncul kata2 “luar batang” karena dari laut tersebut keluar batang2 kayu pembatas .
Habib Husein tiba di Luar Batang, daerah Pasar Ikan, Jakarta, yang merupakan benteng pertahanan Belanda di Jakarta. Kapal layar yang ditumpangi Habib Husein terdampat didaerah ini, padahal daerah ini tidak boleh dikunjungi orang, maka Habib Husein dan rombongan diusir dengan digiring keluar dari teluk Jakarta. Tidak beberapa lama kemudian Habib Husein dengan sebuah sekoci terapung-apung dan terdampar kembali di daerah yang dilarang oleh Belanda. Kemudian seorang Betawi membawa Habib Husein dengan menyembunyikannya. Orang Betawi ini pun berguru kepada Habib Husein. Habib Husein membangun Masjid Luar Batang yang masih berdiri hingga sekarang. Orang Betawi ini bernama Haji Abdul Kadir. Makamnya di samping makam Habib Husein yang terletak di samping Masjid Luar Batang.
Habib Husein sering tidak patuh pada Belanda. Sekali Waktu beliau tidak mematuhi larangannya, kemudian ditangkap Belanda dan di penjara di Glodok. Di Tahanan ini Habib Husein kalau siang dia ada di sel, tetapi kalau malam menghilang entah kemana. Sehingga penjaga tahanan (sipir penjara) menjadi takut oleh kejadian ini. Kemudian Habib Husein disuruh pulang, tetapi beliau tidak menghiraukan alias tidak mau pulang, maka Habib Husein dibiarkan saja. Suatu Waktu beliau sendiri yang mau pergi dari penjara.
MAQOM AL HABIB HUSEIN BIN ABI BAKAR ALIDRUS
makam-luar-batang.jpg
Dulu pernah ada cerita pada waktu itu ada seseorang warga pergi kepasar dan dia membeli daging mentah, begitu akan pulang kerumah beliau mendengar kabar bahwa Habib husein bin abi bakar al idrus berpulang kerahmatulloh, maka bergegas dia pergi kemasjid untuk ikut bersama-sama sholat jenazah .Setelah selesai sholat jenazah dan ikut menguburkan dia kembali kerumah dan menyuruh sang istri untuk segera memasak daging tersebut.Namun hingga beberapa lamanya sang istri memasak daging itu tidak matang-matang.,dan masih keliatan seperti daging segar, ditengah keanehan yang terjadi sang istripun mengeluh kepada suaminya; “bang ko daging yang saya masak tidak mateng-mateng ? padahal sudah hampir setengah hari saya memasak daging itu, tapi daging itu tetap segar !. Sang suamipun juga diliputi keanehan tersebut !.Setelah beberapa lama dia berpikir akhirnya dia ingat sesuatu, sewaktu dia mengikuti majlis taklim yang diadakan oleh Habib husein bin abi bakar al idrus , beliau pernah berceramah bahwa barang siapa yang mensholati aku sewaktu aku meninggal dunia nanti, maka dia dia tidak akan bisa tersentuh oleh api neraka. Akhirnya dia mengambil pelajaran yang sangat berharga dari peristiwa keanehan tersebut, dia berdoa kepada Alloh Ya Alloh mudah-mudahan aku terlindungi dari jilatan api nereka karena memuliakan Kekasih-Mu.
MAQOM HABIB HUSEIN LUAR BATANG
Karomah yang masih tampak hingga saat inilah adalah bahwa maqom beliau selama 24 jam tidak pernah sepi dari para peziarah yang selalu membaca alquran atau sekedar berzikir.
Hingga saat ini maqam Habib husein selalu ramai di kunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah di tanah air maupun dari mancanegara.Terutama pada malam jum’at kliwon atau perayaan tertentu seperti maulid nabi Muhammad SAW yang selalu diadakan setiap akhir minggu di bulan robiul awal dan Haul Habib husein yang diadakan setiap akhir minggu di bulan syawal.