Tradisi ziarah kubur untuk menghormati tokoh-tokoh penyebar Islam di Indonesia masih terjaga hingga saat ini.
Di Jakarta ada beberapa makam yang kerap dikunjungi seperti makam Sayid Husein bin Abubakar Alaydrus, tokoh keturunan Arab yang dikenal sebagai penyebar agama Islam di abad 17.
Makamnya berada satu komplek dengan Masjid Luar Batang di Penjaringan, Jakarta Utara. Meski letaknya di tengah pemukiman padat, warga Jakarta dapat dengan mudah menemukan masjid tersebut.
Cara tercepat untuk mencapai lokasi ziarah ini adalah menggunakan ojek sepeda motor atau sepeda. Hanya dibutuhkan waktu kurang lebih 20 menit dari stasiun kereta api kota atau halte busway stasiun kota.
Hampir semua pengojek tahu di mana letak Masjid Luar Batang dan makam Sayid Husein Abubakar Alaydrus.
Peziarah yang datang kesini itu ada yang datang dari luar negeri seperti dari Malaysia, bahkan para pejabat datang juga kesini
Peziarah yang datang kesini itu ada yang datang dari luar negeri seperti dari Malaysia, bahkan para pejabat datang juga kesini
Masjid yang awalnya berupa mushola menurut catatan sejarah yang ada, didirikan oleh tokoh Islam asal Hadramaut, Yaman Selatan ini pada tahun 1739.
Pada peta-peta Batavia abad ke-19, Masjid Luar Batang terkadang ditulis heiling graf, artinya masjid keramat.
Masjid ini terletak di sebelah utara tembok kota lama Batavia, dan tidak berjauhan dengan gudang rempah-rempah VOC yang kini menjadi Museum Bahari.
Luar Batang sendiri artinya daerah di luar batang (groote boom), yang menutup Pelabuhan Sunda Kalapa pada malam hari.
Sosok pendirinya sendiri bisa dikatakan sebagai perintis awal penyebaran Islam di wilayah itu.
Tokoh dihormati
Pemerhati sejarah Jakarta Alwi Shahab dalam sebuah tulisannya mengatakan informasi soal Habib Husein pernah termuat dalam KoranBataviaasche Courant 12 Mei 1827, yang menyebutkan bahwa Habib Husein meninggal kurang lebih pada tahun 1796, setelah menyiarkan Islam di Surabaya dan Batavia.
Informasi seputar tahun wafatnya Habib Husein ini memang ada beberpa versi, namun dalam pada makam Habib Husein Alaydrus tertulis, Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Alaydrus wafat pada hari Kamis 27 Ramadhan 1169 H bersamaan 24 Juni 1756.
Terlepas dari perdebatan seputar tahun wafatnya tersebut, jasanya terhadap pengembangan Islam di wilayah itu telah diakui oleh masyarakat luas.
Kondisi makam Habib Husein sendiri saat ini terawat rapi dan berada dalam kompleks Masjid Luar Batang Jakarta.
Hingga saat ini setiap tahun ratusan orang berziarah ke makamnya untuk menghormati jasa Habib Hussein.
Tingkat kunjungan ziarah ke makam dan masjid tersebut mencapai puncaknya saat perayaan Maulid Nabi dan khoul atau saat peringatan wafatnya Habib Sayid Husein Bin Abubakar Alaydrus yang dirayakan setiap akhir bulan Syawal.
Di luar peristiwa itu, keramaian dapat ditemui setiap Kamis malam.
Salah satu pengurus Masjid Luar Batang yang juga mengawasi perawatan makam tersebut, Syaumin Tabrani, menceritakan mereka yang datang berziarah kemakam ini berasal dari berbagai daerah dan latar belakang.
"Peziarah yang datang kesini itu ada yang datang dari luar negeri seperti dari Malaysia, bahkan para pejabat datang juga kesini. Dari luar kota peziarah biasanya datang dari Kalimantan dan Sumatera. Kalau peziarah dari Jawa itu rutin datang setidaknya dua kali setahun," kata Syaumin
Alasan ziarah
Ada banyak alasan mereka datang berziarah ke makam Habib Sayid Hussein.
Slamet Gumanto salah satu peziarah yang berasal dari Bogor,Jawa Barat, menceritakan selain mendoakan Habib Hussein, kadang dia berharap ada berkah dari kunjungannya ke makam tersebut.
"Pertama ingin mendekatkan diri kepada Allah, kalau mau niat sesuatu biasanya ada waktu tertentu. Misalnya ketika ada kesulitan ekonomi atau keluarga yang sakit supaya dikurangi bebanya," kata Slamet.
Peziarah lainnya yang berasal dari Jakarta, Muwahidin, mengaku berusaha untuk bisa rutin berziarah ke makam ini.
"Ya kita ngerutininlah, ada masalah atau tak ada masalah khususnya setiap malam jumat kita sempatkan. Beliau ini berjasa besar dalam penyebaran Islam di Jakarta," kata Muwahidin.
Ziarah kubur dalam Islam memang dianjurkan, tujuanya adalah mendoakan mereka yang telah meninggal agar diampuni dosanya.
Namun tidak sedikit yang memaknai ziarah kubur sebagai upaya untuk memohon berkah dari mereka yang telah meninggal dunia.
Tokoh intelektual Islam Azumardi Azra mengatakan kebiasaan ini tidak lepas dari singgungan budaya yang ada.
"Ziarah kubur tidak lagi sekadar praktek keagamaan tapi sudah berpadu dengan budaya. Sehingga yang kemudian terjadi adalah orang berziarah tapi meratap bisa dapat jodoh atau jabatan. Ini memang agak sulit dihalangi karena sudah terjadi gejala budaya," kata Azumardi.
"Namun ulama bisa mengingatkan agar peziarah tidak melakukan hal tersebut."
Selain makam Sayid Husein bin Abubakar Alaydrus dan Masjid Luar Batang, masyarakat juga bisa mendatangi sejumlah makam penyebar Islam yang berdampingan dengan sejumlah masjid tua lain dengan arsitektur masih terjaga di Jakarta .
Beberapa di antaranya adalah Masjid An-Nawir di Jalan Raya Pekojan yang berdiri tahun tahun 1760, Masjid Langgar Tinggi yang berdiri tahun 1829, dan Masjid As-Salafiah di Jatinegara Kaum, dekat Pulo Gadung, Jakarta Timur yang dibangun pada tahun 1619.
Memang tidak semua masjid beserta makam tokoh yang ada saat ini punya catatan sejarah yang mengupas secara lengkap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar