MIVO TV

Sabtu, 14 Juli 2012

Wisata Ziarah Waliyuallah Jakarta Timur : Karya Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya

Pintu masuk areal makam Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya
Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya mengabdikan dirinya untuk berdakwah, mengajar dan menulis. Beliau adalah guru agama yang dicari oleh masyarakat Betawi. Dua murid yang berhasil dididik dan menjadi ulama besar adalah Guru Mugni dari Kuningan dan Habib Ali bin Abdurrahman al Habsyi (Habib Ali Kwitang). Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya memulai pengajarannya di Mesjid Pekojan . Sayyid Usman bin Aqil bin Yahyaadalah ulama yang berjasa besar dalam pengajaran agama melalui media cetak di kalangan masyarakat betawi dan memiliki percetakan sendiri di Tanah Abang (kini disebut Petamburan).
Makam Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya

Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya mengarang 126 buku mengenai pertanyaan yang timbul tentang syariat Islam. Salah satu karya Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya adalah buku berjudul Tawdih al Adillat 'ala Syuruth Syuhud al Ahillat mengenai cara penentuan hilal Ramadhan. Hal ini dilatarbelakangi pada tahun 1882, umat Islam Jakarta terbagi dua dalam menuntukan awal puasa Ramadhan. Dalam buku Risalah Dua Ilmu Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya membagi ulama menjadi dua macam, yaitu ulama dunia dan ulama akhirat. Yang termasuk ulama dunia adalah ulama yang tidak ikhlas, materialistis, berambisi dengan kedudukan, sombong dan angkuh. Ulama akhirat adalah ulama yang ikhlas, tawadlu, yang berjuang mengamalkan ilmunya tanpa keinginan tertentu, hanya mencari ridha Allah.

Mesjid al Abidin didirikan oleh cucu Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya
Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya yang terkenal sangat anti gerakan Wahabi dan menganggap gerakan itu sangat radikal. Dalam buku Mustika Pengarubuat Menyembuhkan Penyakit Keliru, Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya bahwa kaum Wahabi adalah paling berdusta. Setiap memiliki pandangan dan dalam menyatakan sikapn yang tidak setujunya, Sayyid Usman  bin Aqil bin Yahya selalu menuliskannya lewat buku. Ia sangat tegas-keras dalam soal fikih menyebabkan Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya terlibat dalam berbagai polemik dengan sesama ulama, bahkan dengan pemerintah Hindia Belanda.
Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya wafat pada 21 Shafar 1331 H atau 19 Januari 1914, jenazahnya dimakamkan di TPU Karet, Jakarta. Namun pada masa Gubernur Ali Sadikin saat ada penggusuran, makamnya dipindahkan ke makam keluarga di  Pondok Bambu. Sekarang makam wali Allah, Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya  masih terpelihara dengan baik di sebelah selatan masjid Al-Abidin, Pondok Bambu, Jakarta Timur. Letak makam dari waliyuallah ini adalah di Jalan Mesjid abidin (Jalan Perkebunan 4 apabila di cari di googlemaps), Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Foto diri Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya
Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya adalah mufti Betawi yang saya kenal ketika membaca buku Ulama Betawi : Studi Tentang Jaringan Ulama Betawi dan Kontribusinya terhadap Perkembangan Islam Abad ke 19 dan 20 karya Ahmad Fadli HS, M.si. Wali Allah ini besar sekali kontribusinya terhadap Islam di Nusantara.Dalam tulisannya di harian De Locomotif edisi 11 Juli 1890, Snouck Hurgonje menulis, ”Beberapa waktu lalu kami telah minta perhatian terhadap buah karya baru Sayyid Uthman dari Betawi yang tak kenal lelah, yaitu serangkaian pelajaran yang berguna yang ditujukannya buat orang-orang sebangsanya yang bermukim di sini; dan untuk tujuan tersebut ditempelkannya di berbagai mesjid Betawi. Pena dan mesin cetak litografi Syaid Usman telah menghasilkan karya yang besar.”Letak makam dari waliyuallah ini adalah di Jalan Mesjid abidin (Jalan Perkebunan 4 apabila di cari di googlemaps), Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Sayyid Usman bin Yahya lahir di Pekojan, Jakarta Barat pada tanggal 17 Rabi’ul Awwal 1238 H atau 1822 M. Ayahnya  adalah Abdullah bin Aqil bin Syech bin Abdurahman bin Aqil bin Ahmad bin Yahya. Sedangkan ibunya adalah Aminah binti Syekh Abdurahman Al-Misri. Beliau pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah Haji, tetapi kemudian bermukim  di sana selama 7 tahun  dengan maksud memperdalam ilmunya. Guru utama beliau adalah ayahnya sendiri. Sedangkan ketika berada di Mekah beliau belajar/berguru pada sayyid Ahmad Zaini Dahlan ( Mufti Mekah ). Pada tahun 1848 berangkat pula ke Hadramaut untuk balajar pada guru-gurunya :1.Syekh Abdullah bin Husein bin Thahir
2.Habib Abdullah bin Umar bin Yahya
3. Habib Alwi bin Saggaf Al-Jufri
4.Habib Hasan bin Shaleh Al-Bahar.

Pintu Masuk Makam Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya
Dari Hadramaut Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya berangkat ke Mesir  dan belajar di Kairo walaupun hanya untuk 8 bulan. Kemudian Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya meneruskan perjalanan lagi ke Tunis ( berguru pada Syekh Abdullah Basya ), Aljazair ( belajar pada Syekh Abdurahman Al-Magribhi ), Istanbul, Persia dan Syiria. Maksud beliau berpergian dari satu negeri ke negeri lain adalah untuk memperoleh dan mendalami bermacam-macam ilmu seperti ilmu fiqh, tasawuf, tarikh, falak, dan lain-lain. Setelah itu kembali ke Hadramaut.
Tahun 1862 M./1279 H. kembali ke Batavia dan menetap di Batavia hingga wafat pada tahun 1331 H./1913 M. Al-Habib Usman bin Yahya diangkat menjadi Mufti menggantikan mufti sebelumnya, Syekh Abdul Gani yang telah lanjut usianya, dan sebagai Adviseur Honorer  untuk urusan Arab ( 1899 – 1914 ) di kantor Voor Inlandsche Zaken. Disana Sayyid Usman bin Aqil bin Yahya digaji 100 gulden sebulan atau 1/7 dari gaji Snouck Hurgonje. Ia terlibat politik sebagai penasehat pemerintah Belanda dan menjaladi hubungan dengan Snoucj Hurgonje, L.W.C Van Den Berg dan K.F Holle.
 
Habib Abdul Qodir bin Usman bin Muhammad Banahsan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar